Bukan karena ketampanan. Namun ada sesuatu yang menawan hati saya setiap kali melihatnya.
Wajah yang senantiasa tersenyum.
Bukan sekali dua kali kami melewati tempat biasa si bapak mangkal. Sekali waktu, empat tempat duduk dipenuhi anak kecil dan tawa riang mereka ketika menaiki wahana sederhana yang biasa disebut
odong-odong itu. Namun di kesempatan lain, si bapak hanya sendirian, setia mengayuh pedal agar
odong-odong tetap berputar, meski tanpa penumpang. Namun ada satu ekspresi yang selalu saya lihat dan catat, senyuman.
Setiap hari senantiasa menyajikan cerita berbeda dalam setiap penggalnya, termasuk hari-hari milik si bapak berwajah senyum itu. Kemarin bahagia, hari ini banjir air mata, esok entah seperti apa. Kemarin rupiah melimpah, hari ini belum ada sama sekali, mungkin bapak itu pun pernah mengalami. Namun yang menjadikannya istimewa adalah, wajahnya yang senantiasa tersenyum, apapun lakon yang dijalani. Di suatu hari, bisa jadi benaknya dipenuhi gema permintaan uang belanja dari istri tercinta,namun itu tak menyurutkan lengkung bibirnya. Sebab selalu tersedia asa yang dibungkus doa, bahwa rizki tidak akan pernah tertukar dan pengaturannya telah sempurna. Di saat lain, mungkin si bapak masih jelas mengingat ketika odong-odongnya tak berhenti berputar, dan kayuhan bersemangat dari kakinya turut menandakan syukur atas kelimpahan rizki hari ini. Dan lagi-lagi senyum menjadi saksi.
Bagi saya, seseorang yang mampu senantiasa tersenyum adalah seseorang yang memiliki keluasan samudera hati. Mampu mengawal setiap episode hidup dengan senyuman yang tidak hanya berhenti di bibir, namun bersumber dari hati. Dan segala yang berasal dari hati, saya yakin, mampu menyentuh hati-hati yang lain.
Terima kasih telah membagi senyum pada hati kami,pak..