Angin menarikan ujung jilbab lebarnya kala perempuan itu duduk melingkar
Angin setia menemani saat langkahnya menyusuri jalan menuju ilmu
Angin masih setia menyaksikannya menuliskan alif ba ta bagi bocah bocah kecil
Angin tetap setia membersamai hari harinya berkejaran mendulang pahala
Berhitung malam dan siang bersahutan
Angin,
terus ada, tak bicara
Angin setia menemani saat langkahnya menyusuri jalan menuju ilmu
Angin masih setia menyaksikannya menuliskan alif ba ta bagi bocah bocah kecil
Angin tetap setia membersamai hari harinya berkejaran mendulang pahala
Berhitung malam dan siang bersahutan
Angin,
terus ada, tak bicara
Jilbab perempuan itu masih lebar, berkibar
Kau tak melihat ghirahnya surut menyusut ciut
Gamisnya pun masih manis
Kau tak mengetahui penjagaan izzahnya menipis
Terlampau mesra mengakrabi dunia
Berkhianat pada pekat dalam munajat
Disibukkan deret aksara di dunia maya
Terlupa pada lembaran lembaran suci penenang hati
Kau tak melihat ghirahnya surut menyusut ciut
Gamisnya pun masih manis
Kau tak mengetahui penjagaan izzahnya menipis
Terlampau mesra mengakrabi dunia
Berkhianat pada pekat dalam munajat
Disibukkan deret aksara di dunia maya
Terlupa pada lembaran lembaran suci penenang hati
Angin lirih menangis
Meratapi iman yang pelan terkikis
Sedang janji Izrail sudah pasti
Entah siang, entah malam hari
Meratapi iman yang pelan terkikis
Sedang janji Izrail sudah pasti
Entah siang, entah malam hari
tertohok aku...
kuningmentari banget dahh... ^^