Archive for January 2013

senantiasa tersenyum


posted by ayu

12 comments

Bukan karena ketampanan. Namun ada sesuatu yang menawan hati saya setiap kali melihatnya.
Wajah yang senantiasa tersenyum.




Bukan sekali dua kali kami melewati tempat biasa si bapak mangkal. Sekali waktu, empat tempat duduk dipenuhi anak kecil dan tawa riang mereka ketika menaiki wahana sederhana yang biasa disebut odong-odong itu. Namun di kesempatan lain, si bapak hanya sendirian, setia mengayuh pedal agar odong-odong tetap berputar, meski tanpa penumpang. Namun ada satu ekspresi yang selalu saya lihat dan catat, senyuman.

Setiap hari senantiasa menyajikan cerita berbeda dalam setiap penggalnya, termasuk hari-hari milik si bapak berwajah senyum itu. Kemarin bahagia, hari ini banjir air mata, esok entah seperti apa. Kemarin rupiah melimpah, hari ini belum ada sama sekali, mungkin bapak itu pun pernah mengalami. Namun yang menjadikannya istimewa adalah, wajahnya yang senantiasa tersenyum, apapun lakon yang dijalani. Di suatu hari, bisa jadi benaknya dipenuhi gema permintaan uang belanja dari istri tercinta,namun itu tak menyurutkan lengkung bibirnya. Sebab selalu tersedia asa yang dibungkus doa, bahwa rizki tidak akan pernah tertukar dan pengaturannya telah sempurna. Di saat lain, mungkin si bapak masih jelas mengingat ketika odong-odongnya tak berhenti berputar, dan kayuhan bersemangat dari kakinya turut menandakan syukur atas kelimpahan rizki hari ini. Dan lagi-lagi senyum menjadi saksi.

Bagi saya, seseorang yang mampu senantiasa tersenyum adalah seseorang yang memiliki keluasan samudera hati. Mampu mengawal setiap episode hidup dengan senyuman yang tidak hanya berhenti di bibir, namun bersumber dari hati. Dan segala yang berasal dari hati, saya yakin, mampu menyentuh hati-hati yang lain.

Terima kasih telah membagi senyum pada hati kami,pak..

hadiah-hadiah


posted by ayu

4 comments



gambar dari sini

Anda pernah memenangkan sebuah kuis, giveaway atau mendapat doorprize di perhelatan tertentu?Bagaimana perasaan anda saat nama anda diumumkan sebagai penggondol hadiah, apapun itu? Yang pasti ada rasa senang dengan dibumbui sedikit banyak keterkejutan.
Atas apa apa yang anda terima saat itu,anda merasa sangat beruntung dan berbahagia. Sebab sesederhana apapun bentuknya, hadiah selalu menjadi alasan yang tidak perlu dijelaskan bagi sebentuk senyuman, dan mungkin, lafazh hamdalah sesudahnya.
Perasaan bahagia itu,kurang lebih karena merasa terpilih, diantara sekian banyak orang lain, dan andalah yang mendapat hadiah. Perasaan bahagia itu, kurang lebih karena mendapat 'nikmat tambahan' yang tidak setiap hari terjadi.
Dan dalam balutan rasa bahagia itu, saya yakin anda tidak akan berkeberatan mendemonstrasikan ungkapan syukur baik melalui lisan maupun tindakan.

Lalu bagaimana dengan perhelatan akbar bernama kehidupan yang juga menjanjikan hadiah dariNya bertebaran?
Misalnya, nikmat iman yang jelas-jelas merupakan hadiah yang tidak dianugerahkan pada setiap orang.
Demikian juga dengan kesehatan, kekayaan, kesempatan belajar dan bekerja dengan tenang, keluarga yang penuh kasih sayang yang selama ini telah melekat, menjadi bagian dari keseharian kehidupan hingga tak pernah terasa sebagai nikmat karena terlampau sering kita diperbolehkan menikmatinya.
Maka ketika sakit datang, kemiskinan membayang, keamanan mulai dipertanyakan, dan ketidaknyamanan berada di antara keluarga mulai ada, kita perlahan mulai memaknai kembali arti nikmat-nikmat tersebut selama ini. Karena sejatinya, kesehatan, kekayaan, keamanan dan kasih sayang bisa jadi tidak diperoleh setiap hari.

Begitu banyak Allah menyediakan hadiah bagi kita, yang kemudian tersisa adalah satu pertanyaan,
atas "hadiah" luar biasa dari Allah bagi kita, berkeberatankah kita mendemonstrasikan ungkapan syukur kita secara luar biasa pula melalui lisan dan tindakan?

bukan perkara mudah


posted by ayu

1 comment

bismillaahirrahmaanirrahiim

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat besertamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Huud: 112).
Ayat inilah yang membuat uban tumbuh lebih cepat di kepala Rasulullah SAW karena begitu beratnya perintah istiqomah yang terkandung di dalamnya.Sama sekali bukan perkara mudah. Dan sungguh perintah ini adalah perintah yang tidak main-main.
Berupaya menetapi kebenaran dan terus berjalan dalam kebaikan adalah satu hal yang sungguh-sungguh butuh perjuangan.

Sejarah telah mencatat satu wujud istiqomah ketika hanya seruan Ahad, Ahad dan Ahad yang terucap dari Bilal meski setiap inci tubuhnya terbakar terik matahari, dengan punggung telanjang yang kepanasan dan perut ditindih batu besar. Sejarah juga tidak akan pernah lupa pada keteladanan para nabi dan rasul terdahulu. sebab mereka mengisahkan istiqomah sebagai jiwa dari setiap gerak langkah dakwah.

Lalu,bagaimana dengan umat Muhammad saat ini? Dengan ujian yang tidak ada seujung kuku jika dibandingkan dahsyatnya ujian yang diterima para Nabi dan Rasul yang mulia?

Istiqomah adalah perkara yang beratnya luar biasa. Berjalan lurus dan terus-menerus jelas memerlukan perbekalan dan stamina jiwa yang prima. Sementara diri ini kerap dikalahkan kemalasan, keengganan, juga penundaan. Maka bagaimana mungkin stamina jiwa akan prima dalam pergulatan panjang melawan tipu daya syaithan? Sementara diri ini lebih sering disibukkan oleh remah-remah dunia seolah Izrail bersedia menangguhkan pelaksanaan tugasnya. Maka bekal apa yang hendak dibawa dalam perjalanan mencari dan mengikuti cahaya kebenaran menuju hidup yang abadi?

Istiqomah adalah perkara luar biasa yang menuntut upaya luar biasa pula. Sebab kemenangan atasnya pun berhadiah kenikmatan yang sangat luar biasa, surga. Dan sungai-sungai yang mengalir di dalamnya. Dan bidadari-bidadari bermata jeli yang senantiasa suci. Terlebih, kita menantikan pertemuan dengan Dzat pemilik Langit dan Bumi.

Maka mari bergandeng tangan dan saling mendoakan, agar kita senantiasa berada dalam kebaikan, dan menapak menetapi kebenaran hingga kerinduan kita pada-Nya, menemukan muara.




Allahumma anta robbuna, farzuqnal istiqomah 
(Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami. Berikanlah keistiqomahan pada kami).”