Archive for February 2013

apa kabar?


posted by ayu

1 comment


terlintas rasa yang sama
seperti ketika duduk bersama dalam lingkaran.
Tak banyak buah ilmu yang mampu dikuliti, kemudian dinikmati.
Namun adakah yang bisa menghitung transfer energi kebaikan yang mengalir dalam diam antara para pembentuk lingkaran?
Ada nasihat yang tak bersuara
ketika melihat dia, yang sungguh indah tilawahnya
ketika melihat dia, dengan ghirah menyala di bola mata
atau dia,yang seolah tak punya lelah, terus bekerja untuk dakwah

atau ketika
membaca catatan maya teman-teman di luar sana
yang membariskan misi -misi mulia
yang menorehkan tekad untuk tetap dalam perjuangan
yang mengisahkan keseharian dengan sirat kesalihan

rasa yang sama
dan selalu menghantarkan tanya

apa kabar imanmu hari ini?


merindu letup letup rasa beraneka
merindu simpul simpul senyum santun
merindu lantunan rabithah menggema dibilik bilik hati

mencederai janji


posted by ayu

14 comments

sebuah anggukan tanpa suara
sepatah 'ya' dlm detik pertama
kalimat pengingat yg tercatat dlm agenda

berharga sama.

Janji.
Yg tdk seharusnya tercederai.



Kadang, janji terasa demikian ringan diucapkan, namun berat ditunaikan. Sebagian orang bahkan seringkali mengumbar janji, seolah tanpa beban sama sekali. Padahal telah jelas disebutkan dalam Al-Quran: "Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (Al-Isra`: 34)". Pertanggungjawaban ini tentu tidak semata pada sesama manusia, namun juga kepada Allah SWT, Dzat yang tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa. Demikian besarnya perhatian Islam terhadap perkara janji ini, hingga Rasulullah pun memerintahkan orang tua memenuhi apa-apa yang diucapkan terhadap anaknya. “Ketahuilah, seandainya kamu tidak memberinya sesuatu maka ditulis bagimu kedustaan, demikian sabda Rasulullah SAW ketika beliau mendengar seorang ibu yang memanggil anaknya sembari menjanjikan untuk memberinya sesuatu.

Menepati janji adalah wajib, kecuali dalam maksiat kepada Allah. Sebagaimana telah dicontohkan oleh para nabi dan rasul yang mulia. Mereka insan utama yang senantiasa menjaga diri dari mencederai janji, berkebalikan dengan orang-orang munafik yang berdusta ketika berkata, berkhianat ketika dipercaya dan ingkar atas janji. Al-Amin, julukan yang telah melekat pada diri Rasulullah menjadi satu bukti betapa sifat menetapi janji ini tidak hanya beliau lakukan terhadap para sahabat dan umat yang beliau cintai, tetapi juga kepada orang-orang yang membenci ajaran beliau kala itu.
Terhadap orang-orang yang senantiasa menepati janjinya, Allah jamin baginya surga. Perjuangan menuju ke sana setidaknya memerlukan dua pilar, kesungguhan dan kehati-hatian. Kesungguhan untuk menepati sekecil apapun perjanjian, baik pada diri sendiri maupun pada sesama. Juga kehati-hatian dalam mengikat perjanjian, agar tidak terlampau ringan dan berani berjanji, tanpa pertimbangan matang. Sebab tergadainya surga yang Allah janjikan bagi kita, terlampau mahal jika harus ditukar dengan janji-janji kosong yang diobral, hanya demi materi, gengsi, atau pemanis tujuan tersembunyi.