Di Jalan Allah Mereka Berpisah


posted by merah langit on

No comments

Izinkan saya bercerita, kisah tentang seorang perempuan dan lelaki  yang hidup berumah tangga, lalu berpisah. Mereka dipisahkan oleh kebenaran dan kebatilan yang terasa jelas, benderang dan pekat. Meski sekarang banyak diantara kita yang mengatakan abu-abu, remang-remang.

Dua orang ini bekerja di instansi yang sama, senior saya. Mereka sudah bekerja di tempat ini bertahun-tahun sebelum saya. Kedua-duanya pandai secara akademis, sama-sama mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri, karir keduanya melaju. Entah harmonis atau tidak kehidupan keduanya, tapi suatu saat mereka kemudian memutuskan bercerai.

Kenapa?

Waktu, seperti pada semua orang, mampu menggerus apa yang ada di mulanya. Menaikkannya pada derajat yang lebih tinggi, lebih mulia atau malah memperosokkannya ke dalam lubang yang nista. Begitupun pada pasangan ini. Pola kerja, kebiasaan, pembenaran, dan sudut pandang merubah mereka berdua. Mereka yang pada awalnya memiliki idealisme yang sama kemudian dalam perjalanan waktu salah satunya surut, menyusut. Kebenaran tidak lagi digenggam oleh salah satu dari mereka. Jadilah dua orang yang tadi bercita-cita sama terbelah di tengah jalan. Sang istri yang memilih jalan perpisahan untuk mereka.
Mungkin ada yang tidak sepaham dengan sang istri. Meski bagaimanapun, perceraian adalah jalan yang dibenci Allah. Namun, ketika dihadapkan pada kondisi tersebut, saya pikir harus ada yang dikorbankan. Allah, dengan jalan, aturan yang sudah pasti atau perasaan sebagai manusia. Dan saya melihat mana yang kemudian dipilih.

Ah, betapa kuat hati perempuan ini. Padahal bisa saja ia masih menaruh harapan agar suaminya berubah, kembali kepada jalan yang benar. Atau malah bisa saja dia berpura-pura tidak melihat apa yang dilakukan suaminya. Menerimanya agar kehidupan rumah tangganya baik-baik saja. Namun, ia tidak begitu. Ia memilih jalan yang mungkin tidak populer, jalan yang menyakitkan untuk perempuan. Namun, atas nama Allah ia memilih untuk menghindarkan diri dan anak-anaknya, sejauh-jauhnya dari apa yang dikategorikan harta yang diharamkan Allah.

Setahu saya, mantan suaminya masih menginginkan rujuk. Sampai saat ini hal itu belum terjadi karena syarat yang diajukan perempuan ini belum bisa dipenuhi. Apa syaratnya? Meninggalkan semua yang telah dilakukan dan kembali kepada Allah.

Saya terkagum-kagum saat mendengar cerita ini. bagaimana keteguhan hati, keistiqomahan dan keyakinan pada Allah menuntunnya  memilih untuk mengambil jalan yang tidak mudah.

Tidak banyak yang akan meletakkan Allah di hatinya, tidak banyak yang akan tetap teguh berdiri menggenggam keistiqomahan saat dunia begitu berkilau di depan mata. Tak banyak yang akan rela melepaskan kesenangan, kenyamanan diri dan menyerahkan hati hanya pada Rabbnya. Bisakah kita?

Leave a Reply