Quality Time,


posted by cokelat tanah on

4 comments

Apa yang paling dirindukan dari masa lajang? Personal time.

Waktu leluasa untuk bercengkrama bersama teman-teman, waktu tak terbatas untuk memanjakan diri dengan beragam kesenangan, waktu tak terhingga untuk bergaul dengan dunia luar -entah itu membaca, berselancar di dunia maya atau sekedar berkelana bersama angan-angan liar-, waktu yang lebih dari cukup untuk mandi 'bersih' setiap harinya.

waktu-waktu itu mulai menipis saat seoarang lelaki datang memperistri, dan seperti menguap lenyap saat seoarng bayi cantik melengkapi hidup kami.

Hidup berubah dengan begitu drastis. Berputar statis dengan tempo rapat yang teramat ritmis.

Pagi adalah, menanti si kecil rela melepaskan diri dari ikat kuatnya di dada saya. Mengantar suami berangakat kerja, memerah sebotol ASI, berkejaran dengan mesin absen, bergegas melahap timbunan berkas, berlarian pulang di jam siang untuk mengantar jatah ASIP untuk sore hari, dan kembali pulang di senja hari dengan punggung tegang yang sangat mendamba untuk diluruskan.

Saat penat terasa menggelibat, rasanya ingin meraup semua waktu untuk diri sendiri. Sekedar untuk berguling sepuas hati, atau merefresh isi kepala dengan tontonan atau bacaan yang segar lagi menyegarkan.

Tapi sisa waktu 'luang' selalu terbentur pada dua bola mata bocah kecil yang menatap dengan pandangan mendamba. Aih,, dan si ibu muda pun langsung galau dibuatnya. Maunya sih cuek beibeh, melenggang pergi sambil berkata,, 'sorry ya anakku sayang, ummi capek,,'. Tapi apa daya, iman saya terlalu lemah untuk menghadapi dua lengan kecil yang direntang sempurna. Maka sekali lagi 'personal time' harus dikeluarkan dari agenda.

Tapi adakalanya penat melilit teramat erat. Membuat saya mengangguk pasrah saat asisten rumah tangga yang baik hati lagi pengertian memberikan tawaran yang begitu menggiurkan.'Udah mbak, istirahat aja,, biar adek sama saya..'. Kalau kata ustadz solmed, rasanya seperti mendengar nyanyian surga. Pesonanya membuat saya tak mampu menolak. Tapi sayangnya si kecil yang belum genap setahun tidak sepakat dengan ibunya. Dia menangis, merengek dan kurang dari lima menit benteng pertahanan saya luluh lantak. Dan sekali lagi personal time kembali menjadi agenda yang tertunda.


Pada dasarnya segalanya tidak se'saklek' yang saya tuliskan di atas. menghabiskan waktu bersama anak dan mencuri waktu untuk kesenangan pribadi bukan dua hal yang terpisah dengan jarak ribuan kilometer. Keduanya -sebenarnya- bisa saja digabungkan dalam satu waktu. Atau istilah kerennya sekali menepuk, dua nyamuk tewas seketika. Anak saya selalu punya ide untuk menyibukkan dirinya sendiri. Entah dengan menjilati tempat body lotion, mencoba mengeluarkan gambar dari bajunya, mengejar semut yang kebetulan lewat atau menelusuri sudut demi sudut rumah kami. Dan -secara teori- di waktu yang bersmaan saya bisa saja melakukan kativitisa lain sembari tetap mengawasinya lewat sudut mata.

Tapi sayangnya saya tergolong wanita yang tidak memilki kemampuan multi tasking yang oke punya. Beragam insiden buruk terjadi saat saya mencoba menepuk dua nyamuk dalam sekali tepuk. Beberapa kali gadis kecil saya terjungkal dari tempat tidur, makan kertas, kejeduk tembok, hingga menelan sambal bakso yang entah darimana berhasil ia dapatkan. Sepertinya ada saja hal-hal ada-ada saja yang membuat saya berkesimpulan, bahwa menjaga anak dan mencuri waktu untuk diri sendiri adalah dua hal yang sebisa mungkin tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Lalu kapan saya bisa ber'personal time' di tengah padatnya jadwal yang solah tak menyisakan waktu sisa..?? -lebay mode on,, :D-

Dulu sekali ada seorang ibu yang memberi nasehat pada saya. 'Anak kita itu mbak,, butuh kita tidak lama. Gede sedikit, sudah sibuk dengan dunianya.'

Saya tidak ingat siapa nama ibu itu, bagaimana wajahnya, atau dalam momen apa beliau memberi petuah tersebut. Tapi entah mengapa kata-kata tersebut melekat erat dalam benak saya. Seperti sudah suratan takdir, ada hari itu di mana saya diberi landasan teori dan ada hari ini dimana saya harus mempraktekan teori.

Saat saya sibuk mencari cara mencuri waktu, petuah tersebut seprti datang menghatam kesadaran. Anak saya tidak akan membutuhkan saya -seperti saat ini- dalam waktu lama. Sebentar saja dia akan melalui fase menjadi seoranng bayi kecil yang terus menempel pada ibunya. Sebentar saja dia akan menjelma menjadi seorang gadis yang sibuk dengan teman-temannya, sekolahnya, dunianya. Kenapa yang hanya sbentar ini harus saya tukar dengan hal lain yang bisa dilakukan di lain waktu.

Untuk bulan-bulan pertamanya di dunia, untuk tahun-tahun awal kehidupannya, untuk masa kecil yang hanya melintas tapi begitu membekas, bertekad untuk bisa menghadirkan diri secara utuh, penuh dan menyeluruh dalam setiap kebersamaan kami.

--saat kuantitas menjadi hal yang sulit untuk diberikan, semoga kualitas menjadi sesuatu yang masih mungkin untuk diusahakan--

4 comments

Leave a Reply