bidadari berjilbab biru


posted by ayu

No comments

tidak.
Saya tidak pernah berkenalan sebelumnya. Kami baru bertemu, atau lebih tepatnya saya mencegatnya di depan sebuah warung. Begitulah pertemuan pertama kami terjadi.
Tidak. Saya tidak mengenal dia sebelumnya. Namun kibar jilbab lebarnya menyulut asa,sebab konon kabarnya,akhwat berjilbab memiliki kebaikan hati.

Saya, seorang bingung yang hendak menuju suatu tempat dengan jarak tempuh lumayan. Diburu waktu dan dalam kondisi penuh kecemasan, meminta jilbab biru mengantarkan saya ke tujuan.
Dia, bidadari berjilbab biru mengangguk setuju. Menyimpan sayur yang baru saja dibelinya ke dalam ransel biru senada jilbabnya, dan kami pun memulai perjalanan.

Sepotong petang di atas motor yang melaju perlahan, berboncengan dua orang yang tadinya tak pernah saling kenal.
Sepotong petang berisikan penggal penggal cerita yang mengaduk hati kecil saya. Tentang ghirah dakwah di kampusnya, tentang kecintaan pada jilbabnya, tentang keinginan utk lebih sering mengunjungi bapak ibu, tentang harus berhutang di akhir bulan, tentang adiknya, tentang orangtua angkatnya, dan tentang keyakinannya bahwa Allah akan selalu menjaga hambaNya.

Tidak. Saya memang tidak mengenal dia sebelumnya. Tapi perkenalan singkat kami meninggalkan sepotong hati yang menangis dalam sunyi.Satu hal yang saya yakini, Allah mengirimkan bidadari berjilbab biru ini untuk menjewer telinga saya yang dipenuhi gemuruh dunia, juga mencubit nurani yang kerap mati suri sebab tak lagi ingat mati.

Leave a Reply